Pentingnya CCS Lintas Negara untuk Transisi Net Zero

0
2136
(Kiri ke kanan) Dirjen Migas, Laode Sulaeman; Mentri/Wakil Kepala Perwakilan Jepang untuk ASEAN, Kazuo Chujo; Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno; dan Presiden ERIA, Tetsuya Watanabe.

Jakarta, Petrominer – Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) kembali menggelar Asia CCUS Network (ACN) Forum pada 10-11 September 2025. Dalam penyelenggaraan tahun kelima ini, ditekankan pentingnya kolaborasi regional yang lebih kuat.

Presiden ERIA, Tetsuya Watanabe, mengatakan forum tahun ini berfokus pada kerja sama lintas negara dalam penerapan Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Forum internasional ini menjadi ajang penting untuk memperkuat kolaborasi regional dalam pengembangan teknologi CCUS sebagai bagian dari upaya transisi menuju net zero.

“Lebih dari 400 peserta dari kalangan pemerintah, industri, dan akademisi di kawasan Asia-Pasifik. Sesi-sesi yang berlangsung membahas kerangka kebijakan dan bisnis, perkembangan teknologi terbaru dalam pengiriman CO₂, serta inovasi di bidang daur ulang karbon,” ungkap Watanabe, Kamis (11/9).

Dia menyampaikan bahwa Forum ACN ke-5 ini menyoroti kerja sama lintas egara dalam CCS dan pemanfaatan kembali karbon. Isu ini membutuhkan tingkat kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena tidak ada satu negara pun yang bisa mencapainya sendiri.

Dalam forum ini, para narasumber juga banyak menyoroti pentingnya kerja sama regional dan kemitraan pemerintah–swasta untuk mempercepat pengembangan CCS/CCUS. Sejumlah inisiatif, mulai dari studi kelayakan di Indonesia, kajian penyimpanan CO₂, hingga inovasi pemanfaatan karbon, menunjukkan bahwa teknologi ini kian berkembang dan mulai mendapat perhatian luas di Asia.

Penyelenggaraan forum ini merupakan kerja sama antara ERIA, selaku Sekretariat Asia CCUS Network (ACN), Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) Jepang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), SKK Migas, serta  Indonesia Centre of Excellence for CCS and CCUS.

Peran Indonesia

Dalam sambutan pembuka, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menegaskan peran strategis Indonesia dalam pengembangan CCUS. Apalagi, Indonesia memiliki potensi geologi yang besar serta kerangka regulasi yang mendukung untuk menjadi pusat CCS di kawasan.

“Prioritas utama pemerintah adalah memastikan inisiatif ini tidak hanya berkontribusi pada penurunan emisi, tetapi juga membuka peluang investasi, mendorong inovasi, dan memperkuat pertumbuhan berkelanjutan. Melalui kerja sama dengan mitra regional, Indonesia berkomitmen untuk mengubah potensi tersebut menjadi proyek nyata,” ujar Laode.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Yuji Muto, menyampaikan strategi Jepang dalam pengembangan CCUS. Ditekankan  pentingnya integrasi teknologi ini dalam agenda Green Transformation (GX).

Menurut Muto, Jepang berkomitmen mencapai target Net Zero global dengan mendorong Green Transformation yang mampu menjaga ketahanan energi, mendukung pertumbuhan ekonomi, sekaligus menurunkan emisi.

“CCUS menjadi teknologi kunci untuk memperkuat daya saing industri di sektor-sektor yang sulit menurunkan emisi, seperti baja dan kimia, serta untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik,” tegasnya.

Jepang menargetkan operasi CCS bisa dimulai pada awal 2030-an, dengan dukungan regulasi seperti CCS Business Act dan penetapan proyek lepas pantai, salah satunya di Tomakomai, Hokkaido. Untuk mewujudkan hal ini, dibutuhkan bukan hanya aturan yang jelas, tetapi juga kesepakatan terkait pengangkutan CO₂ lintas negara serta solusi atas berbagai tantangan teknis.

“Melalui Asia CCUS Network, Jepang akan terus berbagi pengalaman, memperkuat iklim investasi, dan bekerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk mempercepat penerapan CCUS di Asia,” ujar Muto.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here