
Jakarta, Petrominer – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat capaian kinerja positif pada paruh pertama tahun 2025. Melalui berbagai program dan capaian strategis, produksi sumber daya alam meningkat, pemanfaatan energi baru dan terbarukan optimal, dan sambungan listrik hingga ke daerah terpencil terus meluas.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa langkah-langkah tersebut menjadi wujud nyata upaya Pemerintah dalam memastikan ketersediaan energi bagi kesejahteraan masyarakat.
“Ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yakni swasembada energi dan hilirisasi,” ujar Bahli dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Senin (11/8).
Dari sektor minyak dan gas bumi, akumulasi produksi migas rata-rata 111,9 persen di atas target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Produksi minyak bulan Juni 2025 mencapai 608,1 ribu barel per hari atau 100,5 persen dari target APBN 2025 yang sebesar 605 ribu barel per hari, dengan rata-rata produksi semester pertama mencapai 602,4 ribu barel per hari (99,5 persen dari target).
“Di bulan Juni, produksi kita itu sudah melampaui target APBN sebesar 605 ribu dan sekarang sudah 608 ribu. Dan kami sudah berkomitmen, kami juga sudah melaporkan kepada Bapak Presiden, Insya Allah di dalam tahun 2025 ini target APBN bisa tercapai. Dan ini baru pertama ini sejak 2008,” ungkap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM.
Sementara produksi gas bumi pada Juni 2025 mencapai 1.146,4 MBOEPD dan rata-rata produksi semester I-2025 sebesar 1.199,7 MBOEPD atau 119 persen dari target. Adapun porsi pemanfaatan gas bumi adalah 5.598 BBTUD. Dari jumlah tersebut, bagian untuk kebutuhan domestik mencapai 69 persen atau 3.877 BBTUD. Sementara 1.721 BBTUD atau 31 persen sisanya untuk ekspor.
“Hal ini menunjukkan prioritas penggunaan energi untuk mendukung pembangunan dalam negeri khususnya hilirisasi,” jelas Bahlil.
Batubara dan Listrik
Untuk produksi batubara, dari Januari hingga Juni 2025, mencapai 357,6 juta ton atau 48,34 persen dari target tahun 2025 sebesar 739,7 juta ton. Dari angka produksi itu, 104,6 juta ton diperuntukkan bagi penggunaan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO). Dengan adanya DMO, menjamin transisi energi berjalan dengan baik menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.
“Nah ke depan, atas apa yang diminta oleh DPR, kepada kami untuk melakukan revisi RKAB, dan ini kita akan lakukan, tanpa pandang bulu,” tegasnya.
Langkah ini, menurut Bahlil, dilakukan untuk menjaga stabilitas. Jika harganya bagus, berarti negara akan mendapatkan pajak yang baik, pengusaha juga akan mendapatkan keuntungan yang baik.
“Nah, pengelolaan batubara, sumber daya dalam kita, jangan dimaknai bahwa hanya untuk 5 tahun, tapi nanti kita tinggalkan untuk anak cucu kita,” jelasnya.
Dari subsektor kelistrikan, kapasitas terpasang pembangkit listrik tumbuh signifikan dengan peningkatan 4,4 Gigawatt (GW) pada semester I tahun 2025, dibandingkan tahun 2024. Sebesar 876,5 Megawatt (MW) di antaranya dari pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT).
Adapun realisasi konsumsi listrik per kapita telah mencapai 1.448 kWh atau 98,9 persen dari target sebesar 1.464 kWh. Hal Ini menunjukkan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap listrik dan juga mendorong pembangunan ekonomi.
Pemanfaatan biodiesel domestik juga menorehkan hasil positif. Dari Januari hingga Juni 2025 pemanfaatan biodiesel sebesar 6,8 juta kL dari target 2025 sebesar 15,6 juta kilo liter (KL).
Capaian ini memberikan manfaat ekonomi signifikan berupa penghematan devisa sebesar US$ 3,68 miliar atau Rp 60,37 triliun dari pengurangan impor diesel. Selain itu, terdapat peningkatan nilai tambah Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp 9,51 triliun.

























