
Abu Dhabi, Petrominer – Indonesia membuka peluang kemitraan baru menuju kemandirian energi di ajang Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2025, yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 3-6 November 2025. Partisipasi di forum migas terbesar di dunia ini sebagai upaya Indonesia untuk menegaskan arah baru pembangunan energi nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Mengusung tema “Potentials to Discover, Partners to Deliver,” Indonesia menampilkan visi besar menuju kemandirian energi melalui investasi, teknologi, dan kolaborasi strategis lintas negara. Tema ini menandai transformasi peran Indonesia dari sekadar resource base menjadi mitra strategis energi global yang berdaulat dan kompetitif.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memastikan setiap kerja sama internasional di sektor hulu migas membawa manfaat nyata untuk memperkuat ketahanan energi, mengembangkan industri pendukung, dan mempercepat alih teknologi,” ujar Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, pada pembukaan Paviliun Indonesia di ADIPEC 2025, Senin (3/11).
Djoko menegaskan bahwa kemandirian energi menjadi pilar penting dalam membangun kedaulatan nasional.
Pemerintah menargetkan peningkatan produksi migas nasional sebesar 31 persen untuk minyak dan 51 persen untuk gas pada tahun 2029, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2025–2029. Target tersebut didukung berbagai kebijakan reformasi fiskal dan perizinan guna mempercepat investasi serta meningkatkan eksplorasi di wilayah frontier.
Dalam ADIPEC 2025, Indonesia juga menegaskan kesiapannya menjadi mitra strategis global melalui kemitraan yang saling menguntungkan. Fokus utama Indonesia adalah mendorong investasi di 14 cekungan potensial yang menyimpan cadangan besar. Contohnya Cekungan Sumatra Selatan dengan potensi gas bumi 11,4 miliar barel setara minyak (BBOE), Selat Makassar dengan potensi gas bumi 29 BBOE, serta Warim dengan potensi minyak bumi 25,9 BBO dan gas bumi 42,2 TCF.
Dalam kesempatan yang sama, Staff Khusus Menteri bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Nanang Abdul Manaf, mengatakan potensi besar Indonesia perlu dioptimalkan melalui kemitraan global yang menghadirkan teknologi dan pendanaan. Apalagi, Indonesia telah memiliki action plan yang jelas untuk meningkatkan iklim investasi, serta menawarkan insentif, stabilitas, dan arah kebijakan dalam mendorong investasi yang berkelanjutan.
“Pemerintah menilai tahun 2025 sebagai momentum terbaik dalam satu dekade terakhir untuk menggenjot investasi hulu migas nasional,” ungkap Nanang yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Percepatan Peningkatan Lifting Migas.
Dia menyampaikan,realisasi investasi hingga semester I 2025 telah mencapai US$ 7,19 miliar dengan proyeksi hingga akhir tahun sebesar US$ 15,9 miliar, yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Kebijakan percepatan proyek dan penyederhanaan perizinan telah meningkatkan minat investor global untuk masuk ke Indonesia.
“Di antara kebijakan baru yang menjadikan investasi di Indonesia semakin menarik di antaranya signature bonus yang rendah, penyempurnaan rezim fiskal yang lebih fleksibel, kemudahan akuisisi blok melalui lelang dan studi, dan kemudahan akses data serta insentif/sweetener,” ucap Nanang.
Pemerintah saat ini tengah menawarkan 9 wilayah kerja melalui direct offer, yang merupakan bagian dari penawaran 75 wilayah kerja yang ditawarkan dalam 5 tahun.
Delegasi Indonesia dalam ADIPEC 2025 terdiri atas SKK Migas, Kementerian ESDM, Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), delapan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), dan lima Perusahaan Dalam Negeri (PDN). Kehadiran mereka menegaskan kesatuan visi Indonesia untuk menampilkan potensi besar hulu migas dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar energi global.

























