
Bojonegoro, Petrominer – Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) berkomitmen menjalankan operasional yang aman, andal, dan efisien untuk memperkuat ketahanan pasokan minyak mentah nasional. Hingga saat ini, blok Cepu yang dikelola EMCL di Bojonegoro telah menghasilkan kontribusi signifikan terhadap produksi minyak nasional.
External Engagement & Socioeconomic Manager EMCL, Tezhart Elvandiar, menyampaikan operasi ini tidak hanya mendukung pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga menghasilkan pendapatan negara yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Saat ini, EMCL memproduksikan minyak lebih dari sepertiga atau sekitar 25–30 persen produksi minyak nasional.
“Hingga saat ini, produksi kumulatif dari blok Cepu sudah lebih 700 juta barel minyak, jauh di atas rencana POD awal di mana jumlah cadangan minyak yang diperkirakan sebesar 450 juta barel per minyak,” ujar Elvandiar kepada beberapa wartawan media nasional yang berkunjung ke Central Field Facility (CFF) Lapangan Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (4/11).
Dia memaparkan, produksi lapangan Banyu Urip mengalami kenaikan yang signifikan sejak akhir Juni 2025 lalu. Ini berkat tambahan produksi dari proyek pengeboran Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) yang berhasil diselesaikan 10 bulan dari perencanaan. Proyek yang dimulai sejak awal 2024 tersebut memberi penambahan produksi minyak sekitar 30 ribu barel per hari.
“Proyek BUIC mencakup pengeboran tujuh sumur produksi baru, yang dikerjakan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia dengan menggunakan rig canggih buatan dalam negeri. Produksi dari ketujuh sumur ini behasil menambah dan menahan laju penurunan produksi alami,” ucap Elvandiar yang akrab disapa Etang.
Sebelum adanya penambahan produksi tersebut, lapangan Banyu Urip memproduksi sekitar rata-rata 150.000 barel per hari. Sejak awal produksi hingga saat ini, blok Cepu telah menyumbang pendapatan negara mencapai lebih dari US$ 35 miliar atau sekitar lebih dari Rp 586 triliun. Nilai ini lebih dari 10 kali lipat dari nilai investasi awal.
“Pendapatan tersebut tentu juga mengalir dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH) Migas kepada Pemerintah Daerah,” tegas Etang.
DBH Migas berkontribusi pada sekitar 40 persen APBD Bojonegoro dan menjadi salah satu motor utama penggerak pembangunan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bojonegoro. Selain DBH Migas, menurut catatan KPP Pratama Bojonegoro, EMCL merupakan wajib pajak dengan kontribusi pembayaran pajak terbesar pada kategori wajib pajak badan.
“Peran EMCL sangat krusial dalam menjaga stabilitas pasokan migas nasional. Keberhasilan operasi EMCL menunjukkan pentingnya kolaborasi SKK Migas dan KKKS dalam menjaga ketahanan energi Indonesia,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Heru Setyadi.
Melalui sinergi antara SKK Migas dan EMCL, ungkap Heru, operasi di blok Cepu akan terus menjadi bagian penting dari upaya menyediakan energi bagi Indonesia yang tumbuh dan berkelanjutan.

























