Kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Pakan Ternak Alternatif di Ponpes Metal Al-Hadayah, Pasuruan, Jawa Timur. Kegiatan ini bekerjasama dengan PT Pertamina Gas Operation East Java Area (OEJA) dan Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pasuruan.

Jakarta, Petrominer – Mengembangkan sistem peternakan yang efektif serta efisien kini banyak dilakukan oleh beragam kelompok usaha di berbagai daerah. Salah satunya Pondok Pesantren Metal Al-Hidayah (Ponpes Metal) yang berada di Desa Rejoso Lor, Rejoso, Pasuruan, Jawa Timur.

Saat ini, kelompok usaha peternakan yang diinisiasi para santri Ponpes Metal tengah mengembangkan pembuatan pakan ternak alternatif dan terjangkau melalui kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Pakan Ternak Alternatif. Kegiatan ini bekerjasama dengan PT Pertamina Gas Operation East Java Area (OEJA) dan Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pasuruan.

“Melalui bimbingan tersebut santri Ponpes Metal membuat produk olahan pakan ternak dengan teknologi silase,” ujar Penyuluh Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pasuruan, Syaifi, Selasa (1/12).

Syaifi menjelaskan, silase adalah pakan berkadar air tinggi yang telah difermentasi untuk diberikan kepada hewan ternak pemakan tumbuhan. Teknologi ini memanfaatkan campuran hijauan serta limbah pertanian atau perkebunan yang dalam hasil fermentasi kadar air tinggi, antara 40 hingga 80 persen.

“Di musim hujan, ketersediaan hijauan cukup melimpah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan silase,” paparnya.

Menurut Syaifi, keunggulan silase yaitu mudah dalam cara pembuatan, kandungan gizi tinggi, serta bersifat organoleptis atau bau harum dan asam yang cenderung disukai hewan ternak.

“Selain itu, silase juga memiliki daya tahan tinggi. Dapat disimpan hingga delapan bulan,” ungkapnya.

Selama merintis usaha peternakan berupa ayam, kambing, bebek, dan ikan lele, santri Ponpes Metal mengalami berbagai dinamika. Salah satunya pemenuhan kebutuhan pakan. Para santri mengeluhkan biaya pakan pabrik yang relatif mahal serta tingkat kebutuhan nutrisi yang berbeda di setiap jenis hewan. Hal ini menjadi tantangan berat bagi santri Ponpes Metal dalam menjalankan usaha peternakan mereka.

“Bebek, ayam, dan lele di sini sangat bergantung pada pakan pabrik,” ujar Makin, Ketua Pengurus Ponpes Metal.

Harga pakan itu mencapai Rp 300 ribu per sak. Untuk mereka yang baru merintis dan belajar beternak, angka itu sangat memberatkan. Maka itu, pelatihan pembuatan pakan itu menjadi jalan keluar yang sangat strategis dan juga praktis bagi mereka.

“Dengan pelatihan pembuatan pakan ini, kami kini dapat mengolah limbah organik yang tersedia di sini menjadi pakan yang berkualitas dengan nilai jual tinggi,” katanya.

Terkait dengan pelatihan ini, Head of QHSSE Pertagas OEJA, Fithro Rizki, menjelaskan bahwa program tersebut merupakan salah satu bagian realisasi komitmen pengembangan mitra binaan CSR Pertagas OEJA.

“Harapannya, penerapan teknologi silase ini dapat merangsang para santri untuk terus berinovasi. Selain itu juga mendorong kemandirian dalam menjalankan bisnis peternakannya,” ujar Fithro.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here