
Bandung, Petrominer – PT PLN (Persero) siap mendorong pemanfaatan sains dan teknologi untuk meningkatkan porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Sejumlah perguruan tinggi dan lembaga riset telah diajak berkolaborasi untuk mengimplementasikan hasil riset ke dalam upaya akselerasi pemanfaatan EBT.
Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K.F. Tampubolon, menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi telah menjadi bagian integral dalam strategi percepatan transisi energi nasional. Komitmen ini diimplementasikan guna mendukung swasembada energi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Transisi energi tidak terbatas pada pembangkit EBT, tetapi memastikan seluruh ekosistemnya siap, mulai dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi, melalui implementasi smart grid,” ujar Daniel dalam diskusi panel di ajang Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025, Kamis (7/8).
Dia menjelaskan bahwa teknologi smart grid akan menjadi enabler utama dalam mengatasi inherent risk atas karakter intermitensi dari variable renewable energy (VRE). Smart Grid merupakan sistem kelistrikan modern yang memanfaatkan sistem informasi dan digital sehingga menjadikannya lebih fleksibel, responsif, dan dapat meningkatkan bauran EBT secara lebih optimal dengan tetap menjaga tingkat keandalan dan efisiensi operasi sistem.
Tak hanya itu, PLN juga terus mendorong pengembangan infrastruktur green enabling transmission line sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) seperti yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Transmisi hijau ini dirancang untuk mengatasi ketidaksesuaian atau mismatch antara lokasi pembangkit EBT dengan pusat-pusat permintaan listrik dan kawasan industri lintas kepulauan.

“Mismatch ini memang menjadi salah satu tantangan utama di Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, dengan riset yang mendalam, kita dapat menghadirkan teknologi dan inovasi terapan yang adaptif dan berkelanjutan,” ungkap Daniel.
Sebelumnya, dalam diskusi yang sama, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek), Stella Christie, menegaskan bahwa sektor industri, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berperan penting sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi. Karena itu, Kementerian Diktisaintek mendorong penguatan riset dan penerapannya untuk mempercepat kemajuan industri, termasuk di lingkungan BUMN.
”Kami terus semangat dan di Diktisaintek kami adalah sebagai penjembatan. Kami terus-menerus memetakan kebutuhan BUMN agar bisa dilemparkan langsung kepada Bapak-Ibu sekalian, agar BUMN kita bisa meningkatkan revenue, menurunkan cost, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Bapak-Ibu sekalian,” ucap Stella.
Menurutnya, ekosistem riset nasional telah menghasilkan banyak prototipe dari basic research hingga translational research. Tantangan terbesar adalah memastikan inovasi tersebut dapat dihilirisasi menjadi solusi yang digunakan secara luas.
“Kemdiktisaintek berkomitmen mendukung skema-skema hilirisasi berbasis kolaborasi. Kami dorong agar riset dari kampus-kampus dapat menjelma menjadi solusi nyata bagi industri dan masyarakat,” tegas Stella.

























