Tangki penyimpanan hidrogen hasil produksi dari Green Hydrogen Plant (GHP) di PLTGU Muara Tawar, Jawa Barat, yang dikelola oleh PLN Nusantara Power.

Jakarta, Petrominer – Hidrogen baru-baru ini mengalami beberapa kendala dalam sejarah pertumbuhannya. Malahan, permintaan komoditas ini tidak meningkat pada kecepatan yang dibayangkan tahun 2020 lalu ketika perusahaan-perusahaan secara agresif mengumumkan rencana transisi energi mereka.

Di saat semakin banyak industri, seperti pabrik baja, transportasi, dan listrik, mencoba mendekarbonisasi operasi mereka, permintaan hidrogen rendah karbon diperkirakan akan tumbuh. Namun, menurut GlobalData, pengembangan hidrogen saat ini berada dalam fase kritis.

Dalam laporan terbaru berjudul “Hydrogen,” GlobalData mengungkapkan bahwa sekitar 83 persen dari kapasitas hidrogen rendah karbon yang akan beroperasi pada tahun 2030 diharapkan berasal dari pabrik hidrogen hijau, sedangkan sisanya berasal dari hidrogen biru. Kapasitas hidrogen ungu dan biru kehijauan diantisipasi sangat kecil. Hanya sekitar 2 persen dari total kapasitas yang diharapkan pada tahun 2030 yang saat ini beroperasi.

“Hidrogen rendah karbon akan menempati peran penting dalam upaya dekarbonisasi beberapa industri yang padat energi. Karena hidrogen merupakan bahan baku penting dalam proses hilir minyak dan gas bumi, beralih ke hidrogen rendah karbon akan membantu perusahaan mengurangi jejak emisi mereka. Hidrogen juga memiliki potensi besar di sektor transportasi, terutama dalam angkutan laut dan kendaraan berat, karena sifat kepadatan energinya,” ungkap analis migas GlobalData, Ravindra Puranik, dalam pernyataan tertulis yang diterima PETROMINER, Kamis (30/1).

Secara konvensional, menurut Puranik, hidrogen telah dikonsumsi dalam industri migas sebagai reagent (bahan campuran) di sektor pengolahan dan sebagai bahan baku di sektor petrokimia. Permintaan dari industri migas akan tetap menjadi pendorong utama hidrogen di masa mendatang. Permintaan tambahan untuk komoditas ini diharapkan muncul dari industri seperti metalurgi, pembangkit listrik, dan transportasi.

“Telah terjadi lonjakan signifikan dalam pengumuman proyek hidrogen rendah karbon dalam beberapa tahun terakhir karena industri meluncurkan rencana untuk mendekarbonisasi operasi mereka. Hampir 75 persen dari proyek ini berada dalam tahap kelayakan pengembangan. Hal ini mencerminkan momentum pengumuman pabrik baru di pasar ini untuk meraup keuntungan dari transisi energi global,” paparnya.

Produksi hidrogen biru dan hijau menawarkan potensi pertumbuhan yang sangat menjanjikan bagi perusahaan migas yang mengejar transisi energi. Perusahaan berinvestasi dalam sumber energi ini untuk tujuan jangka panjang, dengan preferensi untuk hidrogen hijau.

“Beberapa perusahaan migas telah mengumumkan pabrik hidrogen biru dan hijau baru, yang diharapkan beroperasi tahun 2030. Meskipun demikian, ada kebutuhan untuk memperluas jaringan distribusi hidrogen dalam skala besar, yang mencakup penambahan jaringan pipa baru. Skenario saat ini menandakan fase kritis bagi pengembangan hidrogen global. Nasib dan momentumnya di tahun-tahun mendatang akan ditentukan oleh bagaimana keadaan berjalan dalam waktu dekat,” ujar Puranik menyimpulkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here