Semarang, Petrominer – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Mohamad Nasir menyambut baik keberhasilan uji coba konverter kit Diesel Dual Fuel (DDF) pada kapal laut bertonase di atas 30 GT dan truk. Teknologi penemuan anak bangsa ini berhasil membuat efisiensi pemakaian bahan bakar dan juga meningkatkan kinerja mesin diesel.
“Teknologi Diesel Dual Fuel ini memungkinkan mesin kapal untuk menggunakan dua jenis bahan bakar sekaligus, yaitu diesel (solar) dan gas. Dengan begitu, didapatkan penggunaan energi yang optimal sehingga memiliki efisiensi tinggi dan diesel yang bertenaga besar,” ujar Nasir usai menyaksikan uji coba teknologi DDF pada kapal 30 GT di Balai Besar Penangkapan Ikan (BPPI) Semarang, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Minggu (29/9).
Dia juga menegaskan bahwa konverter kit tersebut bisa sebagai salah satu solusi pengolah BBM menjadi BBG dalam rangka meraih efisiensi biaya bagi nelayan untuk melaut maupun pengusaha angkutan truk.
Adalah PT Cahya Gemilang Semesta yang melakukan inovasi dalam menciptakan produk teknologi baru tersebut. Konverter kit ini mengubah mesin bensin atau solar menjadi mesin berbahan gas. Penelitian atas teknologi ini telah berlangsung selama tiga tahun dan didukung oleh Kementerian Ristekdikti melalui skema insentif dalam rangka mendorong teknologi untuk industri.
“Sudah kita biaya selama lebih dari 3 tahun dan telah menghasilkan beberapa tipe atau generasi konverter kit yang memiliki keunggulan sesuai fase pengembangannya. Puncaknya, kita uji coba hari ini dan diharapkankan bisa menjadi solusi nyata,” tegas Nasir.
Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan harapannya agar teknologi DDF ini bisa segera diterapkan di kapal-kapal laut dan truk. Alasannya, sistem DDF tidak menghilangkan karakter mesin asli, artinya bahan bakar solar dan gas dapat digunakan secara bersamaan sehingga mesin tetap bisa berfungsi meskipun pada saat ketiadaan gas. Sebab keluhan terbesar pengguna konverter kit gas konvensional untuk kendaraan adalah terbatasnya akses gas atau tempat pengisian gas.
Menurut Nasir, konverter kit ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan nelayan dalam mencari ikan di laut. Apalagi, perahu yang digunakan oleh nelayan untuk melaut sangat bergantung pada bahan bakar minyak atau BBM.
“Saat ini, kapal penangkap ikan bertonase besar tidak boleh menggunakan solar bersubsidi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah alternatif energi berupa bahan bakar gas (BBG) atau alat yang dapat menghemat pembakaran BBM agar biaya operasional kapal menjadi lebih murah. Keharusan penggunaan solar non-subsidi juga berlaku bagi angkutan darat bagi truk-truk besar,” jelasnya.
Teknologi konverter kit ini hadir sebagai solusi yang memungkinkan penggunaan BBG yang harganya lebih ekonomis, menggantikan BBM jenis solar atau digunakan bersama-sama di mesin kapal maupun truk. Pengembangan teknologi konverter kit DDF ini sangat ditunggu-tunggu oleh pemilik kapal bertonase besar dan truk roda 6 ke atas. Apalagi, BBG yang digunakan adalah gas alam (bisa LNG maupun CNG) yang ketersediaannya sangat melimpah di dalam negeri.
Selama ini, pemanfaatan BBG jenis LNG dan CNG masih terbatas pada hotel, restoran, dan industri, sehingga kelebihan produksi gas alam Indonesia diekspor ke luar negeri. Di satu sisi, Indonesia juga banyak mengimpor BBG jenis LPG yang merupakan turunan dari BBM.
“Di negeri kita ini harga BBM mulai melonjak naik, oleh karena itu dibutuhkan sebuah alternatif energi berupa bahan bakar gas (BBG) yang memiliki efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan BBM dan harganya pun lebih murah,” tegas Nasir.
[…] Lihat juga: Uji Coba Diesel Dual Fuel di Kapal dan Truk […]