Pemanfaatan air limpahan PLTM Hanga-Hanga di Luwuk untuk pembangkit Pikohidro.

Jakarta, Petrominer – Inilah keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM). Air yang sudah dimanfaatkan untuk menggerakan turbin pun limpahannya masih bisa untuk menggerakan turbin dan menghasilkan listrik.

PT PLN (Persero) mengimplementasikan hal ini di PLTM Hanga-Hanga, Luwuk, Sulawesi Tengah. Air limpahan dari pembangkit ini dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik kembali melalui Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro.

“Ini merupakan bagian dari upaya PLN untuk terus meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan dalam menghasilkan listrik,” ujar Direktur Regional Bisnis Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara, Syamsul Huda, Minggu (19/7).

Syamsul Huda menjelaskan, Pikohidro merupakan salah satu alternatif pembangkit listrik skala kecil yang hanya membutuhkan jatuhnya air dari ketinggian 4 meter untuk menggerakan turbin. Pembangkit ini cocok untuk daerah di sekitar aliran sungai dan bisa digunakan untuk melistriki sekitar 20 kepala keluarga dengan daya 450 VA.

PLTM Hanga-Hanga telah beroperasi sejak tahun 1987 dengan kapasitas terpasang sebesar 1.600 kiloWatt (kW). PLN memanfaatkan limpahan air dari PLTM Hanga-hanga ini untuk menghasilkan listrik kembali melalui Pikohidro dengan kapasitas 2 x 10 kW.

“Sejalan dengan semangat transformasi kami untuk terus mendorong penggunaan green energy. Kami coba membuat terobosan dalam menghasilkan listrik dengan memanfaatkan potensi yang ada, salah satunya melalui pikohidro ini,” ungkapnya.

Listrik yang dihasilkan dari pikohidro ini dimanfaatkan untuk meningkatkan pasokan listrik. Selain itu, juga digunakan sebagai sumber listrik untuk penerangan jalan desa di sekitar PLTM Hanga-Hanga.

Sistem kelistrikan Luwuk sendiri memiliki beban puncak sebesar 18 megawatt (MW). Sekitar 37 persen pasokan listrik di Luwuk menggunakan tenaga air, yaitu PLTM Hanga-Hanga, PLTM Kalumpang, PLTM Hanga-Hanga II dan PLTM Lambangan.

Melihat potensi yang ada tersebut, PLN terus berupaya untuk mendorong penggunaan pikohidro dengan memanfaatkan air limpahan PLTM. Ini juga bisa diimplementasikan di daerah terpencil yang memiliki potensi air untuk dimanfaatkan dalam menghasilkan tenaga listrik.

“Kami terus melakukan eksplorasi mencari daerah-daerah yang memiliki potensi air guna menghasilkan listrik melalui pikohidro ini, khususnya daerah-daerah terpencil di Sulawesi dan Papua, termasuk di sekitar Luwuk ini,” jelas Syamsul Huda.

Selain di Luwuk, sebelumnya PLN juga telah menggunakan pikohidro untuk menghasilkan listrik. Antara lain di Taman Mudal Kulon Progo, Yogyakarta, dengan kapasitas 8 kW, Taman Geopark Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat, dengan kapasitas 4 kW, dan Kwedamban, Borme, Pegunungan Bintang, Papua, dengan kapasitas 1 kW.

Hingga bulan Mei 2020, secara nasional kapasitas pembangkit EBT telah mencapai 7.963 MW. Ini merupakan wujud dari komitmen PLN untuk terus berupaya mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here