
Balikpapan, Petrominer – PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) berhasil mencetak rekor pengeboran terdalam dengan teknik Casing while Drilling (CwD) untuk lapangan migas darat (onshore) di Indonesia. Pengboran tersebut mencapai kedalaman 2.510 ft (766 m) pada sumur SEM-184 yang berlokasi di Wilayah Kerja (WK) Semberah PHSS, Kalimantan Timur.
Sr. Manager Drilling & Well Intervention Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, Dhanar Eko Prasetyo, menjelaskan operasi CwD merupakan kegiatan pengeboran sumur yang dilakukan secara bersamaan dengan pemasangan selubung (casing). PHSS telah berhasil mengebor 84 sumur dengan menggunakan teknik CwD ini.
“Teknik ini merupakan langkah strategis untuk optimasi biaya dan waktu pengeboran melalui operasi yang lebih efektif, efisien, cepat, dan selamat,” ungkap Dhanar, Rabu (4/9).
Menurutnya, penerapan teknik ini berhasil menghemat hari operasi selama 80 jam, atau setara biaya US$ 120 ribu. Selain itu, seiring berkurangnya risiko gas dangkal dan hilangnya sirkulasi, teknik pengeboran ini juga berkontribusi terhadap pencapaian 7.904 jam safety man hours.
Dhanar menegaskan pihaknya senantiasa mendorong inovasi dan penerapan teknologi dalam menjalankan operasi yang selamat, andal, dan ramah lingkungan berdasarkan praktik-praktik terbaik di industri hulu migas nasional dan dunia. Selain penerapan teknik CwD, perusahaan juga berhasil menurunkan biaya operasional secara signifikan melalui penyelesaian proses komplesi dual monobore di setiap sumur PHSS.
Dia menerangkan komplesi dual monobore adalah teknik penggunaan dua rangkaian tubing berdiameter 3-1/2” yang disemen hingga ke permukaan. Teknik ini memungkinkan produksi awal hidrokarbon dan workover dapat meningkatkan produksi sumur tanpa memerlukan rig.
“Sebagai perbandingan, komplesi konvensional menggunakan satu rangkaian tubing yang tidak disemen sehingga memerlukan rig untuk pemasangan dan pencabutan tubing. Hal itu tentu berdampak terhadap biaya,” jelas Dhanar.
Manager PHSS Field, Iva Kurnia Mahardi, menyampaikan bahwa penggunaan teknik CwD dan dual monobore merupakan terobosan strategis yang berperan dalam mempertahankan keekonomian proyek-proyek migas di Zona 9.
“Dual monobore terbukti lebih efisien dari sisi waktu dan biaya, menurunkan risiko produksi dan keselamatan kerja selama intervensi sumur, dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dalam pekerjaan lanjutan,” ujar Iva.
Dari sisi investasi, menurutnya, penggunaan komplesi dual monobore dapat memberikan efisiensi biaya hingga US$ 150 ribu dibandingkan metode konvensional. Metode ini merupakan salah satu bentuk praktik terbaik di industri hulu migas untuk mempertahankan tingkat produksi lapangan sehingga lapangan PHSS dapat terus mendukung ketahanan energi nasional.
Saat ini, PHSS melanjutkan strategi pengeboran borderless untuk wilayah kerja yang saling beririsan dengan lapangan PT Pertamina EP (PEP) di Zona 9 melalui kegiatan pengeboran dengan menggunakan 11 rig secara bersamaan.