Jakarta, Petrominer – Indonesia segera memiliki percontohan pabrik biohidrokarbon. Bahan Bakar Nabati (BBN) ini selanjutnya diproses menjadi bioavtur.
Pabrik ini akan memproduksi diesel biohidrokarbon, terutama bioavtur J100 yang akan digunakan untuk uji properti, uji statik, dan uji terbang. Pabrik percontohan tersebut dirancang dengan kapasitas 1.000 liter diesel biohidrokarbon atau bioavtur per hari.
“Pabrik percontohan biohidrokarbon tersebut akan dibangun di area pabrik Pupuk Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan,” ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fajriyah Usman, Rabu (4/3).
Menurut Fajriyah, ini merupakan sinergi antara Pertamina bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), PT Pupuk Indonesia dan Institut teknologi Bandung (ITB).
Pabrik percontohan BBN biohidrokarbon tersebut dirancang untuk mengolah bahan baku berupa minyak nabati industrial (industrial vegetable oil/IVO) menjadi diesel biohidrokarbon dan minyak laurat industrial (industrial lauric oil/ILO) menjadi bioavtur.
“Pembangunan dan pengoperasian pabrik contoh ini diperkirakan akan memerlukan anggaran sekitar Rp 75 miliar per tahun,” jelasnya.
Rencana pembangunan pabrik contoh tersebut diawali dengan Nota Kesepahaman terkait Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Bahan Bakar Nabati yang ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Kepala Balitbang ESDM Dadan Kusdiana, Direktur Utama BPDP KS Dono Boestami, Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat dan Rektor ITB, Reini D. Wirahadikusumah di ITB di Bandung, Rabu siang (4/3).
Setelah penandatangan Nota Kesepahaman ini, Pertamina dan ITB akan menyusun perencanaan dan kajian, monitoring, evaluasi teknis dan hukum untuk penelitian hingga strategi komersialisasi teknologi untuk optimalisasi pengembangan pemanfaatan BBN.
“Selain menyusun perencanaan, Pertamina dan empat lembaga lainnya akan melakukan penguatan kompetensi sumber daya manusia dan alih teknologi dan ilmu pengetahuan antarinstansi,” ungkap Fajriyah.