Menjanjikan, Potensi Bisnis CCS untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

0
303
Ariana Soemanto.

Tangerang, Petrominer – Era transisi energi membuat teknologi Carbon Capture Storage (CCS) makin dibutuhkan. Tidak terkecuali di Indonesia, bisnis CCS kini makin menjanjikan apalagi dengan inisiatif yang dilakukan pemerintah dengan siapkan berbagai regulasi pendukung.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas, Ditjen MIGAS Kementerian ESDM, Ariana Soemanto, mengungkapkan investasi hulu migas sangatlah besar meski tanpa menyertakan teknologi CCS. Padahal tren transisi energi mengharuskan penurunan emisi. Karena itulah, mau tidak mau CCS harus diimplementasikan dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi pun tidak sedikit.

Sejauh ini, menurutnya, ada beberapa proyek CCS yang tengah berjalan di Indonesia. Salah satunya di lapangan Sukowati, Bojonegoro, yang dikerjakan oleh Pertamina. Kemudian rencana pengembangan proyek Sunda Asri antara Pertamina dan ExxonMobil.

Ada juga di blok Masela yang digarap oleh Inpex Masela Ltd. Selanjutnya ada blok Sakakemang yang digarap oleh Repsol serta di blok Tangguh yang digarap oleh bp.

“Khusus untuk Tangguh, bahkan Final Invesment Decision (FID) sudah selesai dengan total tambahan investasi mencapai US$ 7 miliar,” ungkap Ariana.

Tidak hanya itu, dia menyampaikan sudah ada tiga proyek CCS mandiri yang diusulkan ke Pemerintah.

“Ada tiga proyek stand alone sudah diusulkan ke kami. Kami menunggu arahan pak Menteri,” ujar Ariana.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pengembangan Bisnis CCUS bp, Daniel Fletcher, menyampaikan bahwa Indonesia punya modal sangat bagus untuk ikut dorong bisnis CCS. Mulai dari kondisi reservoir, sisi geologi hingga regulasi.

Saat ini, Indonesia sudah memiliki Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, serta Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Regulasi ini mengatur kegiatan CCS yang mencakup penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan emisi karbon secara aman dan permanen.

“Kesuksesan proyek CCS dipengaruhi beberapa faktor. Pertama sumber daya baik, reservoir bagus, dan Indonesia memiliki itu. Harus ada regulasi. Kami lihat progress bagus. 2024 lalu bahkan bp mampu realisasikan proyek CCS di United Kingdom dan Indonesia (Tangguh),” jelas Daniel.

“Kami harap proyek CCS bisa mendukung dekarbonisasi. Jika trigger insentif pemerintah dan regulasi bahkan bisa memicu adanya dukungan financial,” kata Daniel.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here