Foto bersama sebelum melepas pelayaran (Sail Away) perdana FPSO Marlin Natuna di Pax Ocean Pertama Shipyard, Batam, Senin (30/9).

Batam, Petrominer – Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) meresmikan pelayaran (Sail Away) perdana Floating, Production, Storage, and Offloading (FPSO) Marlin Natuna, Senin (30/9). Acara peresmian dilakukan secara bersamaan, di Kantor Pusat Medco E&P, Jakarta dan Pax Ocean Pertama Shipyard, Batam.

Seremoni Sail Away FPSO Marlin Natuna ini dihadiri oleh jajaran SKK Migas, Medco E&P, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kepulauan Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau, serta PT Hanochem Tiaka Samudera dan PT PaxOcean Batam yang menjadi pihak ketiga dalam pengerjaan proyek.

Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo, menyampaikan bahwa Marlin Natuna merupakan proyek konversi kapal tanker pertama menjadi FPSO di Indonesia. Momen ini menjadi salah satu langkah penting yang dilakukan SKK Migas bersama Medco E&P untuk terus meningkatkan kapasitas produksi migas guna mendukung ketersediaan energi nasional.

FPSO Marlin Natuna memiliki kapasitas produksi 250.000 barel. Fasilitas ini akan menampung minyak bumi dari Proyek Forel di Natuna, Kepulauan Riau. Proyek Forel merupakan proyek minyak terbesar yang akan onstream di tahun 2024 dengan perkiraan produksi sebesar 10.000 BOPD (barel minyak per hari).

FPSO ini merupakan salah satu bagian dari pekerjaan Proyek Forel-Bronang yang masuk dalam Wilayah Kerja South Natuna Sea Block B. Pekerjaan besar lainnya dalam proyek ini adalah pembangunan rangkaian fasilitas produksi.

Fasilitas produksi tersebut terdiri atas satu (1) anjungan Well Head Platform (WHP) Forel yang akan digunakan untuk  5 sumur produksi, 1 sumur injeksi gas, dan 2 sumur tambahan untuk produksi di masa depan. Satu (1) anjungan Well Head Platform Bronang untuk 1 sumur produksi dan 2 sumur cadangan. Instalasi pipa bawah laut berdiameter 8” sepanjang 17 km dari Well Head Platform Bronang ke Well Head Platform Forel. Dan fasilitas pendukung lainnya.

Saat ini, menurut Wahju, fasilitas WHP Forel, WHP Bronang dan instalasi pipa bawah laut tersebut sudah selesai dan menunggu keberadaan FPSO Marlin Natuna di Laut Natuna untuk melanjutkan tahapan integrated commissioning dari keseluruhan fasilitas produksi Proyek Forel-Bronang.

“WHP Bronang bahkan sudah onstream dan mengalirkan gas ke fasilitas MoGPU Hang Tuah sejak September 2023, memberikan kontribusi terlebih dahulu terhadap negara,” ungkapnya.

Total investasi yang dibutuhkan untuk pengerjaan Proyek Forel-Bronang mencapai US$ 236 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun dengan angka konversi saat ini. Investasi ini diharapkan tidak hanya berhasil mewujudkan fasilitas produksi hulu migas, tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional.

Dalam sambutannya, Direktur Utama Medco E&P, Ronald Gunawan, menyatakan bangga dan mengucapkan rasa syukur atas pencapaian FPSO Marlin Natuna ini. Proyek Forel ini disebutnya akan onstream pada kuartal ke-4 tahun 2024.

’Kami sangat bangga mengumumkan keberhasilan sail away FPSO Marlin Natuna. Capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh tim yang terus berkolaborasi dengan kontraktor, subkontraktor, vendor, dan instansi terkait untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan konstruksi dan pengujiannya. Terima kasih atas dukungan semua pihak, sehingga proyek ini berjalan dengan aman dan lancar,’’ ungkap Ronald.

Menurutnya, keberhasilan ini merupakan bukti kemampuan Medco E&P dalam melaksanakan complex projects dan komitmen untuk terus berkontribusi dalam pengembangan industri hulu migas di tanah air.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here