Foto bersama usai penandatanganan perusahaan patungan pabrik katalis merah putih oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kanan), Direktur Utama PT Rekacipta Inovasi ITB Alam Indrawan (tengah), dan Plt. Direktur Utama PT Pupuk Kujang Rita Widayati (kiri) di ITB, Rabu (29/7).

Bandung, Petrominer – Pemerintah terus mendorong penggunaan energi bersih. Salah satunya dengan mendukung perusahaan nasional bersinergi memproduksi katalis yang akan digunakan untuk memproses dan menghasilkan energi bersih, seperti bahan bakar nabati (BBN).

Dengan memadukan badan usaha dan akademisi, sebuah perusahaan patungan pun dibentuk untuk memproduksi katalis produk domestik pertama Indonesia. Kesepakatan pembentukan perusahaan baru ini ditandatangani di hadapan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrfi, dan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, di ITB, Rabu (29/7).

Pabrik katalis nasional pertama di Indonesia ini merupakan kolaborasi antara PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Kujang dan PT Rekacipta Inovasi ITB. Pabrik ini akan menghasilkan Katalis Merah Putih.

“Pendirian pabrik katalis ini merupakan upaya Kementerian ESDM mendorong pembangunan energi bersih melalui peningkatan teknologi proses,” ujar Arifin usai menyaksikan penandatangan pembentukan PT Katalis Sinergi Indonesia.

Dia menjelaskan, katalis merupakan suatu bagian penting untuk mempercepat reaksi proses pembentukan produk akhir. Hampir seluruh industri proses, baik industri kimia, petrokimia, olekimia, termasuk di dalamnya teknologi energi terbarukan berbasis biomassa dan nabati memerlukan katalis.

“Pengusaan teknologi katalis menjadi langkah awal bagi kemandirian dalam bidang teknologi proses. Hal ini sejalan dengan kebutuhan katalis nasional selama tiga tahun terakhir yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun 2017 sebesar US$ 500 juta. Sementara pada tahun 2020 tumbuh kurang dari 6 persen per tahun menjadi US$ 595,5 juta,” ungkap Arifin.

Menurutnya, keberadaan pabrik katalis nasional akan menjadi kunci teknologi proses sekaligus memperkuat industri proses dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan akan porsi impor katalis. Kehadiran katalis merah putih juga akan menciptakan kedaulatan teknologi proses nasional.

Dalam kesempatan itu, Arifih menyampaikan apresiasi Pemerintah kepada ITB yang telah melakukan inisiasi atas penelitian di bidang pengembangan katalis untuk industri kilang minyak dan industri petrokimia serta pengembangan proses energi terbarukan sejak tahun 1982.

“Kami sangat apresiasi langkah ITB yang telah membangun industri katalis untuk pendidikan, meliputi pabrik katalis berkapasitas 1-5 Kg per batch,” ucapnya.

Pabrik katalis ini akan mulai dibangun akhir tahun 2020 dan diharapkan mulai beroperasi tahun 2021. Pabrik berkapasitas 300 ton per tahun ini menjadi yang pertama dikembangkan dan dibangun oleh anak bangsa.

Pembangunan pabrik ini bertujuan untuk mengurangi porsi impor katalis nasional, dan mengembangkan katalis untuk teknologi proses. Tidak hanya itu, kehadiran pabrik ini juga akan mempekuat industri proses dalam negeri sehingga tidak bergantung pada katalis impor.

Pembangunan katalis merah putih juga merupakan salah satu dari empat proyek pembangunan bahan bakar hijau yang diusulkan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) tahun 2020, antara lain Green Diesel Bio Revamping RU IV Cilacap, Refinery Unit III Plaju Green Refinery, Hidrogenasi CPO PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan Katalis Merah Putih PT Pupuk Kujang Cikampek.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here