Paris, Petrominer – Laporan terbaru dari REN21 menyatakan energi terbarukan memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan energi dunia, namun hanya dapat dicapai melalui perbaikan infrastruktur jaringan dan perencanaan terpadu. Laporan ini menyoroti upaya peningkatan jaringan distribusi, penyimpanan energi dan fleksibilitas sistem dalam menangani variabilitas tenaga angin dan surya untuk sepenuhnya membuka potensi energi terbarukan.
Jaringan kebijakan global yang terdiri dari para pelaku energi terbarukan ini menyampaikan bahwa pada tahun 2023, energi terbarukan mencapai rekor tertinggi dengan menyumbang 30 persen listrik global. Tenaga surya dan angin berkontribusi sebesar 13 persen dari total energi terbarukan. Namun, REN21 menegaskan bahwa meningkatkan porsi energi terbarukan saja tidaklah cukup untuk mengalihkan sistem energi dari bahan bakar fosil.
“Energi terbarukan berpotensi menjadi sumber energi dunia sepenuhnya. Listrik terbarukan akan memainkan peran yang semakin penting dalam transisi energi. Dalam sistem energi berbasis energi terbarukan; jaringan listrik, penyimpanan dan sektor coupling menjadi komponen penting untuk menyediakan pasokan energi yang aman dan handal serta mengintegrasikan berbagai sumber energi terbarukan seperti tenaga surya fotovoltaik dan angin ke dalam jaringan,” tulis laporan REN21 tersebut yang diperoleh PETROMINER, Selasa (17/9).
Temuan utama dari modul Renewables 2024 Global Status Report yang diterbitkan REN21, “Renewable Energy Systems and Infrastructure,” menyoroti tren dan perkembangan terkini dalam kebijakan, penerapan dan kemajuan teknologi yang terkait dengan jaringan listrik, penyimpanan energi dan sektor coupling. Kemajuan ini sangat penting untuk memperluas penggunaan energi terbarukan di sektor-sektor utama yang membutuhkan seperti pemanas dan transportasi.
Investasi jaringan global mencapai US$ 310 miliar pada tahun 2023, naik 5 persen namun masih hanya setengah dari jumlah tahunan yang dibutuhkan. Meski begitu, sistem energi berbasis energi terbarukan sudah dapat dicapai, seperti yang ditunjukkan oleh Denmark dan Lithuania yang mengintegrasikan 100 persen listrik terbarukan ke dalam jaringan mereka.
Meskipun perluasan pembangkit listrik energi terbarukan sangat penting, REN21 menekankan bahwa upaya itu saja tidak cukup untuk beralih ke sistem energi terbarukan sepenuhnya. Langkah kunci lainnya adalah menyertakan infrastruktur transmisi dan distribusi, penyimpanan, solusi fleksibilitas dan semua sektor penggunaan akhir dalam perencanaan energi.
Tren Pasar
Pada akhir tahun 2022, proyek energi terbarukan berkapasitas 1,5 TW tertunda karena masalah koneksi jaringan. Di sisi lain, banyak wilayah mengalami pengurangan produksi energi terbarukan karena keterbatasan kapasitas.
Padahal, kenaikan permintaan listrik terus membebani sistem yang sudah terbebani. Penyimpanan energi juga penting untuk stabilitas jaringan yang mengintegrasikan sebagian besar energi terbarukan variabel. Penyimpanan baterai skala utilitas tumbuh sebesar 120 persen, dari sekarang yang mencapai 55,7 GW secara global.
Direktur Eksekutif REN21, Rana Adib, menyampaikan bahwa jaringan adalah tulang punggung sistem kelistrikan, tetapi sering kali tidak diperhatikan. Investasi strategis dalam optimalisasi dan perluasan jaringan, interkoneksi regional, solusi fleksibilitas seperti manajemen sisi permintaan, dan penyimpanan energi akan menjadi fondasi masa depan energi terbarukan yang handal.
“Melalui kemauan politik, perencanaan lintas sektor yang terintegrasi, dan peningkatan investasi, kita dapat mencapai dunia yang sepenuhnya ditenagai oleh energi terbarukan,” ujar Adib.
Sebenarnya, listrik 100 persen terbarukan di jaringan listrik sudah mulai terwujud. Ini direalisasikan dengan menggabungkan porsi tinggi listrik terbarukan variabel, yakni tenaga surya dan angin, dengan energi terbarukan yang dapat didistribusikan seperti tenaga air, panas bumi dan biopower.
Laporan terbaru REN21 ini juga menyoroti 12 negara yang sudah mengintegrasikan lebih dari 30 persen energi terbarukan variabel ke dalam jaringan listrik mereka.
Denmark memimpin, dengan 67 persen listriknya berasal dari energi terbarukan variabel. Diikuti oleh Lithuania dengan 58 persen, dan tiga negara lain yang mencapai porsi di atas 40 persen, yakni Yunani, Belanda, dan Spanyol. Begitu pula dengan Australia, Chili, Jerman, Irlandia, Portugal, Uruguay, dan Inggris, mereka telah menggabungkan porsi tinggi pembangkit listrik energi terbarukan variabel.
Dari 12 negara ini, delapan negara telah mencapai lebih dari 85 persen penetrasi energi terbarukan harian maksimum di jaringan listrik mereka, tentunya dari semua sumber energi terbarukan. Sementara tiga di antaranya mencapai lebih dari 100 persen, yakni Denmark, Portugal, dan Jerman.
Perencanaan Terpadu
Untuk menghindari hambatan dalam penerapan energi terbarukan, perencanaan terpadu di seluruh pembangkit listrik, transmisi dan distribusi, penyimpanan, dan konsumsi sangatlah penting. Menggabungkan sektor listrik dengan transportasi, pemanasan, dan produksi hidrogen akan menciptakan sistem energi yang lebih tangguh dan efisien.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa jaringan transmisi dan distribusi saat ini dikembangkan bersama fasilitas pembangkit listrik terpusat tradisional. Jaringan tersebut perlu disesuaikan untuk menggabungkan sumber daya listrik terbarukan yang semakin terdesentralisasi dan bervariasi, serta untuk memungkinkan manajemen sisi permintaan dalam konteks peningkatan permintaan listrik.
“Perencanaan terpadu sangat penting untuk membangun sistem dan infrastruktur energi yang optimal, tetapi juga merupakan cara untuk meminimalkan investasi, penggunaan sumber daya, dan jejak lingkungan dari infrastruktur. Pendekatan semacam itu adalah kunci untuk memastikan dukungan masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur,” kata Adib.
Untuk memastikan transisi yang sukses menuju energi terbarukan, perencanaan terpadu di seluruh permintaan, pasokan, dan infrastruktur energi sangatlah penting. Investasi segera dan penyelarasan kebijakan diperlukan untuk meningkatkan infrastruktur seperti jaringan listrik dan penyimpanan, serta sektor coupling untuk mengakomodasi permintaan listrik yang terus meningkat dan integrasi sumber energi terbarukan.
“Porsi energi terbarukan yang tinggi dalam jaringan listrik dimungkinkan. Hal itu tidak perlu lagi dibuktikan, dan tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak beralih ke sistem energi yang dibangun di atas energi terbarukan,” ujar Adib.