Nabire, Petrominer – Kolaborasi PT Pertamina International Shipping (PIS) bersama Pertamina Foundation dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) berhasil menemukan individu hiu paus baru di area Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC), Kwatisore, Kabupaten Nabire, Papua Tengah. Dengan tambahan tersebut, jumlah hiu paus yang terdata di TNTC kini mencapai 203 individu.
Temuan ini merupakan hasil monitoring bersama yang dilakukan sejak November 2023 lalu di Whale Shark Center (WSC) Kwatisore. Pusat konservasi ini dikelola secara bersama oleh PIS dan Kementerian LHK. Temuan ini sekaligus menjadi hadiah spesial untuk keberlanjutan hayati di lautan yang bertepatan dengan momen World Ocean Day (Hari Laut Internasional) yang diperingati setiap tanggal 8 Juni.
“Dari hasil monitoring didapatkan adanya individu-individu baru hiu paus di kawasan TNTC sehingga jumlah populasinya meningkat. Tentunya ini merupakan kabar gembira dari upaya yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, dan bukti nyata komitmen perusahaan dalam mendukung keberlanjutan ekosistem laut, khususnya di kawasan perairan Indonesia Timur,” ujar Corporate Secretary PIS Muh. Aryomekka Firdaus, Minggu (9/6).
Kolaborasi pengelolaan Whale Shark Center bersama dengan Kementerian LHK ini merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PIS. Kegiatan ini berada di bawah program “BerSEAnergi Untuk Laut” untuk mendukung keberlanjutan ekosistem laut, peningkatan literasi, kesejahteraan masyarakat pesisir.
Kerja sama pengelolaan Whale Shark Center di Kwatisore ini mencakup beberapa program, di antaranya Konservasi dan tagging Hiu Paus, Pertamina Ocean Warrior (Endangered Species Monitoring), Pelatihan Diving, dan Desa Energi Berdikari.
Program konservasi hiu paus ini diawali dengan kegiatan pemantauan populasi hiu paus di TNTC yang bersifat langsung melalui pencatatan kemunculan hiu paus oleh masyarakat, atau tidak langsung dengan menggunakan alat bantu seperti kamera bawah air (Metode Photo-ID), penanda Radio Frequency Identification (RFID) dan penanda Pop-Up Satellite Archival Tag (PSAT). Pemantauan ini bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang aspek biologis, ekologis dan perilaku hiu paus sehingga program dapat berjalan efektif dan populasi fauna dapat meningkat.
Kegiatan monitoring ini terbukti telah membuahkan hasil dengan pencatatan munculnya individu baru di kawasan TNTC.
“Semula populasi hiu paus di TNTC terdapat 195 ekor hiu paus. Sejak monitoring bersama di lakukan pada November 2023, kami bisa memonitor dan mencatat adanya individu baru sehingga jumlahnya mencapai 203 hiu paus per Mei 2024. Semoga ke depan, angka ini bisa terus bertambah untuk memonitoring populasi dan pergerakan hiu paus di area TNTC ini,“ ujar Pengendali Ekosistem Habitat Seksi Pengelolaan TNTC Wilayah 1 Kwatisore, Sumaryono.
Selain monitoring, upaya konservasi di TNTC juga dilanjutkan dengan proses tagging hiu-hiu paus untuk merekam dan mengolah data prilaku hiu paus. Di mana salah satu pemanfaatan data adalah untuk mempelajari rute migrasi hiu paus di area perairan Papua.
Berdasarkan laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN), hiu paus merupakan salah satu hewan yang masuk ke dalam daftar merah terancam punah sejak tahun 2016. Sejak itu, upaya konservasi hiu paus terus digalakkan oleh berbagai pihak, termasuk oleh PIS sebagai perusahaan yang bergerak dan industri maritim dan memiliki perhatian besar untuk keberlanjutan ekosistem kelautan Indonesia.