Di G20, Emisi Batubara Per Kapita Indonesia Alami Kenaikan Terbesar

0
257
Laporan analisis terbaru dari EMBER, mengungkapkan bahwa dalam 7 tahun terakhir (2015-2022), emisi batubara per kapita Indonesia mengalami peningkatan terbesar dibandingkan seluruh negara G20.

Jakarta, Petrominer – Indonesia tercatat sebagai negara yang mengalami peningkatan emisi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara per kapita terbesar dibandingkan seluruh negara G20. Kondisi itu telah berlangsung selama kurun waktu tujuh tahun terakhir (2015-2022).

Hal ini terungkap dari analisis terbaru yang dikeluarkan EMBER, lembaga think-tank asal Jerman, dalam laporannya berjudul “G20 Per Capita Coal Power Emissions 2023”, yang diluncurkan Selasa (5/9).

Menurut Laporan tersebut, data emisi per kapita PLTU batubara selama tujuh tahun terakhir terpantau meningkat di enam negara G20, yaitu Indonesia, Türkiye, Cina, India, Rusia, dan Jepang. Indonesia menjadi negara dengan persentase kenaikan tertinggi di antara negara-negara lainnya, dengan kenaikan emisi karbon per kapita sebesar 56 persen dari tahun 2015 hingga 2022 (+0,2 tCO2), disusul Türkiye yang mengalami peningkatan emisi per kapita sebesar 41 persen (+0,3 tCO2).

Kondisi ini membuat negara-negara G20 yang merepresentasikan total perekonomian terbesar di dunia berada pada titik kritis, terutama dalam menunjukkan kepemimpinannya mendorong aksi global untuk mengakhiri bahan bakar fosil dan mengantarkan dunia ke era energi bersih. Terlebih bagi Indonesia, yang sebelumnya telah memegang kepemimpinan Presidensi G20 dan mengeluarkan sejumlah komitmen bersama mitigasi krisis iklim.

“Negara-negara G20 menyumbang 80 persen emisi sektor ketenagalistrikan dunia, dengan CO2 per kapita dari pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 1,6 ton pada tahun lalu, naik dari 1,5 ton pada 2015 dan secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 1,1 ton,” tulis EMBER dalam laporan tersebut.

Berbanding terbalik dengan Indonesia dan lima negara yang mengalami peningkatan emisi, sebagian besar negara dalam G20 lainnya justru terpantau mengalami penurunan emisi per kapita. Misalnya Inggris (UK), yang pada periode ini telah menurunkan emisi per kapita PLTU batubara paling signifikan, yaitu -93 persen, diikuti Prancis (-63 persen), Italia (-50 persen), dan Brasil (-42 persen).

“Penurunan negara-negara ini utamanya disebabkan oleh digantikannya sumber daya fosil dan PLTU mereka ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan,” kutip laporan tersebut.

Menurut EMBER, meski emisi karbon per kapita tercatat menurun di sebagian besar negara G20 sejak tujuh tahun terakhir, hal ini belum cukup untuk mengurangi total emisi per kapita tenaga batu bara G20 secara keseluruhan.

“Cina dan India sering disalahkan sebagai penghasil polusi terbesar di dunia yang berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Namun jika kita memperhitungkan populasinya, Korea Selatan dan Australia merupakan penghasil polusi terburuk pada tahun 2022,” ungkap Dave Jones, salah satu penulis laporan EMBER.

Kontribusi emisi yang masih besar dari PLTU batubara mengharuskan negara-negara G20 termasuk Indonesia untuk bisa lebih ambisius mengambil langkah terpadu yang diperlukan untuk meningkatkan penggunaan listrik dari energi terbarukan dan secara efektif mengurangi penggunaan batubara. Penggunaan energi terbarukan dalam skala yang lebih luas memainkan peran penting dalam mempercepat transisi energi yang penting untuk mengurangi emisi tenaga batu bara per kapita secara signifikan.

“India, sebagai tuan rumah KTT G20 (tahun ini), mempunyai peluang untuk mengambil alih kepemimpinan iklim di G20 dan meminta pertanggungjawaban negara-negara tersebut. Rencana India untuk meningkatkan energi terbarukan tampaknya sejalan dengan seruan presiden COP28 untuk meningkatkan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada tahun 2030. Dukungan awal India terhadap seruan ini tidak hanya dapat mempengaruhi tindakan G20 namun juga memastikan bahwa negara-negara maju menurunkan emisi per kapita mereka,” ujar Aditya Lolla, penulis laporan EMBER.

Sebagai penutup, laporan tersebut menulis bahwa dibandingkan terus bergantung pada batubara, berinvestasi pada energi terbarukan dapat memberikan lebih banyak manfaat. Pasalnya, energi terbarukan menyediakan energi ramah lingkungan, mengurangi emisi, meningkatkan keamanan energi, dan memacu pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan penciptaan lapangan kerja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here