Pembangkit listrik Nove Nuova (Nove 25), yang dibangun tahun 1925 di kotamadya Vittorio Veneto dekat Treviso, Italia.

Jakarta, Petrominer – Invasi Rusia ke Ukraina telah berdampak besar pada pasar energi global. Ketergantungan berlebihan negara-negara Eropa pada bahan bakar fosil Rusia telah menimbulkan tantangan signifikan terhadap keamanan pasokan.

Italia, sebagai salah satu importir gas alam terbesar, memperoleh 40 persen gasnya dari Rusia hingga tahun 2021. Namun, pada tahun 2022, Italia mampu mengurangi ketergantungannya pada impor Rusia menjadi 19 persen dari total impor gas alamnya.

“Dengan latar belakang ini, Italia diproyeksikan akan mencapai kapasitas terpasang kumulatif sebesar 162,7 gigawatt (GW) dari sumber energi terbarukan pada tahun 2035, dengan pangsa energi terbarukan naik menjadi 69 persen dalam bauran energi pembangkit listriknya,” ungkap perusahaan data dan analitik, GlobalData, Senin (10/6).

Dalam laporan terbarunya berjudul “Italy Power Market Size, Trends, Regulations, Competitive Landscape and Forecast, 2024-2035,” GlobalData mengungkapkan bahwa Italia diperkirakan memiliki kapasitas pembangkit berbasis energi terbarukan sebesar 107,7 GW pada tahun 2030, dengan pangsa energi terbarukan dalam total pembangkitan tahunan mencapai 59 persen pada tahun 2030.

“Kekeringan parah pada tahun 2022 berdampak signifikan pada pasar tenaga listrik Italia, karena pembangkitan tenaga air menurun dari 31,2 TWh tahun 2021 menjadi 13,7 TWh tahun 2022,” ungkap Analis Tenaga Listrik GlobalData, Sudeshna Sarmah.

Dengan tidak adanya tenaga nuklir, menurut Sarmah, Italia telah menambah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 8,4 persen, naik dari 163,4T Wh tahun 2021 menjadi 177,1 TWh tahun 2022. Selain itu, Italia juga melakukan impor listrik yang mencapai total 47,4 TWh.”

Pada tahun 2022, Pemerintah Italia memperkenalkan “National Plan for the Containment of Natural Gas” yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi gas alam di negara tersebut. Sebagai langkah tambahan, Italia mulai mengimpor gas alam dari Azerbaijan, Aljazair, dan Libya.

Meskipun hal ini memberikan keringanan sementara, namun negara tersebut harus fokus pada peningkatan kapasitas energi terbarukannya untuk mencapai swasembada. Pada tahun 2023, Italia merevisi rencana pembangunan pembangkitan listrik energi terbarukannya, dengan menetapkan target baru untuk mencapai 65 persen pada tahun 2030.

“Peningkatan target energi terbarukan ini juga disertai dengan langkah-langkah yang kuat dan peta jalan yang jelas dengan tujuan yang pasti untuk mencapainya dan mengatasi ketergantungannya pada impor gas alam dan listrik,” ujar Sarmah.

Dia menyimpulkan “Italia tetap berkomitmen untuk menghilangkan pembangkit listrik bertenaga batubara pada tahun 2025. Pemerintah bertujuan untuk memperkuat jaringan listrik nasionalnya dan memprioritaskan pengembangan sumber energi terbarukan yang cepat. Selain itu, negara tersebut diharapkan untuk merevisi National Energy and Climate Plan (NECP). Target terkini yang diuraikan dalam NECP adalah mencapai kapasitas energi terbarukan sebesar 93,2 GW pada tahun 2030, dengan sistem tenaga surya fotovoltaik diharapkan menyumbang 50 GW dan tenaga angin dijadwalkan menyediakan 19,3 GW.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here