Jakarta, Petrominer – Mengolah sampah menjadi listrik, kini mudah dilakukan. Bahkan bisa diterapkan dalam skala kecil di lingkungan perumahan. Ini berkat teknologi dan alat yang diciptakan oleh Sekolah Tinggi Teknik Perusahaan Listrik Negara (STT PLN).

Dengan menggandeng PT Indonesia Power, STT PLN membuat sebuah alat untuk mengolah sampah menjadi listrik dalam sebuah proses yang disebut Regasifikasi Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS). Alat ini ditampilkan dan dipaparkan di hadapan para direksi dan komisari PT PLN (Persero) di kantor pusat PLN, Jakarta, Jum’at (29/3).

Upaya menghadirkan listrik kerakyatan ini merupakan bagian dari program Waste Management and Waste to Energy yang diinisiasi oleh Ketua STT PLN, Supriadi Legino, dan bekerja sama dengan IP serta Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali. Program penelitian tersebut berawal dari upaya untuk mengurangi sampah sekaligus memberi manfaat lebih bagi masyarakat, khususnya dalam hal energi.

“Jadi ini penelitian yang memang bisa diaplikasikan untuk masyarakat,” ujar Supriadi.

Dia pun bercerita bahwa Regasifikasi-TOSS merupakan pemanfaatan sampah untuk diolah menjadi sumber energi baru. Proses ini meliputi Peuyeumisasi yaitu fermentasi sampah, Pencacahan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, dan terakhir Peletisasi yang menghasilkan pelet.

Lebih lanjut, proses Peletisasi menghasilkan tiga jenis pelet yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan seperti pelet untuk kompor gas gasifikasi, pelet untuk gasifier dan pelet untuk co-firing batubara pada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).

“Rumusnya gampang, satu kilogram pelet menjadi 1 kWh listrik. Satu kilogram (pelet) ini berasal dari empat kilogram sampah basah kotor campuran, tidak perlu pemilahan,” papar Supriadi di hadapan jajaran Direksi PLN saat mempresentasikan Gasifikasi-TOSS.

Dalam pengembangannya, alat gasifier itu mengalami evolusi dan dalam prosesnya STT PLN juga menjalin kerja sama dengan berbagai mitra di bidang industri hingga engineering baik dalam dan luar negeri.

Kini, STT PLN mampu mengembangkan dua alat gasifier berbentuk mesin tetap dan mobile untuk kebutuhan cepat seperti saat bencana. “Gasifier tersebut sebenarnya sederhana tidak seperti turbin uap. Jadi bisa dikatakan, sistem ini sangat praktis.

Supriadi juga menuturkan bahwa proses pembuatan dan penggunaan materialnnya pun tidak dilakukan di luar negeri. Semuanya 100 persen dalam negeri.

Di akhir pemaparannya, Supriadi mengatakan bahwa Regasifikasi-TOSS mampu memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal keterjangkauan dan nilai ekonomi, menjaga kebersihan lingkungan melalui pemanfaatan sampah, sekaligus penghematan biaya operasional PLN.

Demo Regasifikasi-TOSS ini dihadiri oleh Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, dan jajaran direksi lainnya, Komisaris PLN, Darmono, Corporate Secretary IP, Igan Subawa Putra, serta pegawai PLN dan perwakilan dari STT PLN.

Siap Dikembangkan

Usai mendengarkan pemaparan tersebut, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara PLN, Djoko Rahardjo Abumanan, menyampaikan apresiasi dan harapannya terhadap Regasifikasi-TOSS ini.

“Ini adalah buatan anak bangsa. Dan ini sesuai untuk daerah di Indonesia Timur,” ujar Djoko mengenai fleksibilitas dan kepraktisan sistem Regasifikasi-TOSS.

Dia menegaskan bahwa ujung dari proses itu dapat menghasilkan listrik yang bisa dimanfaatkan masyarakat. “Kalau selama ini sampah di bawa keluar, dibuang ke sungai, atau dibakar, ini tidak. Ini diproses dengan Peuyeumisasi pakai aktivitor jadilah pelet dan bisa dipakai untuk kompor,” ungkapnya.

Apresiasi serupa juga disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementrian Energi Sumber Daya Miniral (ESDM) FX Sutijastoto.

“Kalau sudah siap, ini bisa langsung kita kembangkan di daerah-daerah, baik untuk mengolah sampah atau budidaya kayu yang bisa dipanen,” tegas Sutijastoto.

Selain sampah, Sutijastoto juga mencontohkan bahwa pembuatan pelet untuk proses Regasifikasi-TOSS bisa memanfaatkan tanaman Kaliandra yang dapat dipanen dalam waktu enam bulan. Dia juga menambahkan bahwa teknologi ini juga bisa dipadukan dengan sumber energi lain seperti energi surya.

“Inilah yang mau kita dorong nanti kita bisa sinergikan dengan kementrian terkait misalnya Kemendes, karena Kemendes punya program untuk pengembangan BUMDes,” imbuh Sutijastoto mengenai peluang pengembangan program Regasifikasi-TOSS bersama program BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here