Sumur RDL-09 merupakan sumur migas di PEP Tambun Field yang dioperasikan menggunakan Electric Submersible Pump (ESP).

Jakarta, Petrominer – PT Pertamina EP (PEP) berhasil mengatasi salah satu kendala utama dalam memproduksi minyak dan gas bumi (migas) dari sumur yang menggunakan artificial lift berupa Electric Submersible Pump (ESP). Dengan metode SADIST (Gas Handling Automatics Solutions), parameter pompa ESP bisa diatur sehingga secara otomatis dapat mencegah terjadinya gas lock.

Inovasi ini pertama kali diimplementasikan di PEP Tambun Field dengan area kerja di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pasalnya, sekitar 74 persen dari produksi tersebut berasal dari sumur yang menggunakan artificial lift berupa ESP.

Pada tahun 2022, PEP Tambun Field sukses menjaga ketersediaan pasokan migas, dengan produksi minyak sebesar 854 BOPD dan gas 29 MMSCFD.

Dalam memproduksikan migas, salah satu kendala yang muncul yakni adanya penurunan tekanan reservoir yang cukup signifikan sehingga terlalu banyak gas keluar dari bawah permukaan tanah dan mengakibatkan gas lock. Gas lock pada ESP adalah kondisi dimana pompa ESP tidak dapat memompa cairan dikarenakan terakumulasinya gas di dalam pompa. Dampak tingginya kandungan gas pada sumur minyak di PEP Field Tambun berpotensi mengakibatkan kehilangan produksi minyak hingga 18.969 barel.

“Untuk menjaga keberlangsungan produksi tersebut, PEP Tambun Field mengimplementasi metode SADIST. Inovasi ini mengatur parameter pompa ESP sehingga secara otomatis dapat mencegah terjadinya gas lock,” ungkap Direktur Utama Pertamina EP, Wisnu Hindadari.

Menurut Wisnu, metode SADIST dapat mengartikulasi maksud optimalisasi, otomatisasi dan efisiensi ke dalam bentuk hasil kerja. Inovasi ini telah diaplikasikan pada empat sumur di PEP Tambun Field.

Hasilnya, meningkatkan lifetime sumur menjadi >13 bulan, mengurangi loss produksi sebesar 8.708 barel atau potensi penambahan pendapatan setara Rp 7,9 miliar per tahun, berhasil mengurangi frekuensi perawatan sumur, dan meningkatkan produksi minyak sebesar 13.632 barel dan gas sebesar 629 MMSCF.

“Tidak mudah tentunya mencari solusi permasalahan kandungan gas tinggi pada sumur yang menggunakan artificial lift ESP. Metode ini telah terbukti sukses dan bahkan telah melampaui target awal. Yang lebih menggembirakan adalah tidak adanya issue operasional dalam implementasi zero accident,” jelasnya.

Wisnu pun berharap inovasi ini dapat segera direplikasi di seluruh wilayah kerja Pertamina bahkan di KKKS lain yang memiliki karakteristik permasalahan yang sama.

Apalagi, metode SADIST telah divalidasi baik dari pihak internal Pertamina EP melalui tim teknis Subsurface Development maupun pihak eksternal yang mencakup validasi keaslian ide dan rasio keberhasilan kinerja oleh UPN “Veteran” Yogyakarta, Departemen Eksploitasi SKK Migas dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional Kementerian ESDM. Bahkan metode ini juga sudah didaftarkan paten di Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia (HAKI).

VP Development & Drilling Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina, Ibnu Suhartanto, menambahkan bahwa metode SADIST merupakan inovasi yang efektif dan langsung berdampak positif. Inovasi ini berhasil menurunkan Loss Production Oil (LPO) dan menaikkan produksi sumur di PEP Tambun Field.

“Di samping itu, inovasi ini juga mendukung upaya penerapan zero flaring,” ujar Ibnu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here