Jakarta, Petrominer – Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) kembali hadir untuk memfasilitasi diskusi-diskusi mengenai transisi energi di Indonesia. Memasuki tahun ketiga, penyelenggaraan kali ini secara khusus dilakukan secara daring pada 7-11 Desember 2020.

Perhelatan IETD 2020 terbuka untuk umum. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti IETD 2020, dapat mengakses  https://www.ietd.info/

“Dialog tahun ketiga ini difokuskan pada peranan transisi energi berbasis energi terbarukan untuk mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19, sekaligus memodernisasi sistem energi menuju dekarbonisasi sistem energi Indonesia pada pertengahan abad ini,” ujar Executive Director of ICEF/IESR, Fabby Tumiwa, Senin (30/11).

Meski dilaksanakan secara virtual, Fabby memastikan IETD 2020 justru bakal lebih spektakuler dari sebelumnya. Kualitas dialog tetap menjadi prioritas utama dalam IETD 2020, seluruh aspek pun akan dibahas secara luas dan mendalam. Puluhan pembicara yang hadir juga telah melewati proses kurasi ketat dengan mempertimbangkan kapabilitas, kredibelitas, serta track record dari masing-masing pembicara.

Di tahun ketiga ini, penyelenggaraan IETD diperpanjang dari 2 hari menjadi 5 hari berturut-turut dan dari 8 sesi menjadi 12 sesi untuk memfasilitasi lebih banyak dialog. Dihadirkan juga lebih banyak pembicara terkemuka, mulai dari provinsi, nasional hingga internasional. Totalnya nanti akan lebih dari 20 pembicara yang hadir baik dari dalam dan luar negeri.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF). Melalui tema ‘Transisi Energi: Kunci Membangun Kembali Sistem Ekonomi dan Energi yang Lebih Baik’, IETD 2020 akan mengusung tiga isu utama.

Pertama, mendukung konsep transisi energi, termasuk penggerak dan konsekuensinya serta peluang dan tantangan tekno-ekonomi bagi para pemangku kepentingan di sektor energi di Indonesia.

Kedua, memfasilitasi diskusi mengenai tantangan dan peluang transisi energi Indonesia, khususnya pascacovid-19.

Ketiga, mempromosikan wacana transisi energi dengan membangun pendekatan sistematis untuk memastikan kelancaran transisi energi di Indonesia.

“Saat kita pulih dari pandemi Covid-19, penting bagi kita untuk membangun kembali dengan lebih baik. Memiliki agenda pemulihan ekonomi hijau akan membantu Indonesia membangun ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan, sekaligus mempercepat transisi energi di Indonesia untuk mencapai bauran 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi primer pada tahun 2025,” jelas Fabby.

Menurutnya, Indonesia perlu segera mungkin menyusun paket pemulihan dengan bijak dan inovatif. Kerangka investasi untuk energi terbarukan juga perlu ditingkatkan guna menarik modal swasta yang lebih tinggi. Tentunya, hal ini pun nantinya akan sangat membantu mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat ICEF, Kuntoro Mangkusubroto, menambahkan bahwa peluang serta ancaman gelombang transisi energi global juga harus mampu diantisipasi sedini mungkin oleh Pemerintah. Kebijakan dan keputusan di sektor energi serta ekonomi harus dibuat dengan mengikuti perkembangan teknologi dan pengetahuan terkini.

“Gelombang transisi energi global perlu diantisipasi dan diatasi dengan baik dan sedini mungkin oleh pemerintah, khususnya pembuat kebijakan dan keputusan di sektor energi dan ekonomi di tanah air dengan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang tren saat ini dan konsekuensinya.” tegas Kuntoro.

Menurutnya, sangat penting pula dipersiapkan tahapan-tahapan sistematik yang matang dalam melakukan transisi energi. Sebab proses transisi energi harus mempertimbangkan banyak hal, mulai dari aspek ekologi, ekonomi, sosial, hingga regulasi dan kebijakan.

4 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here